“Efektifkan Pelarangan Mudik Tahun 2021?”
# Efektifkah Pelarangan Mudik Tahun 2021?
# Al-Quran : Sifat Takut Adalah Perangai Indah
# Menkes Budi, “Setelah Libur Kasus Bisa Naik”
Penulis : Dr.H.Abidinsyah Siregar*) /Seri Edukasi – 7
Segera kita tinggalkan Ramadhan yang indah, bulan penuh kemuliaan, di mana turun semua kebaikan dari Sang Pencipta alam semesta dan kehidupannya. Selama sebulan, setiap muslim melatih diri dari semua hal yang sesungguhnya boleh dan halal dilakukan, saat semua harus dihentikan dan mengikuti perintah Allah SWT, untuk menjadi insan terbaik, insan bertaqwa.
Taqwa sendiri merupakan bentuk dari kesungguhan dan kehati-hatian umat muslim terhadap apa yang dilarang oleh Allah SWT. Kata taqwa berarti “memelihara” atau “menghindari”. Didalamnya ada “ketakutan”.
Rasa takut tidak selalu berarti buruk. Takut adalah naluri manusia yang juga berguna untuk bertahan hidup. Tanpa rasa takut, mungkin kita akan menerjang apa saja yang ada disekitar kita tanpa memikirkan resiko dan dampak akhirnya.
Banyak ahli menemukan manfaat rasa takut. Sebahagian berpendapat bahwa rasa takut membuat rasa aman. Ketakutan bertindak sebagai alarm bahaya. Didunia bisnis atau manajemen, ketakutan membuahkan keputusan yang bijaksana dan tindakan tepat.
Pendapat lainnya ditemukan dari study tahun 2009 di University of Coventry, Inggris, yang melakukan tes sampel darah sejumlah partisipan penonton film horor. Sampel darah penelitian diambil sebelum dan sesudah menonton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons ketakutan fisiologis menyebabkan penonton film mengalami peningkatan sel darah putih yang aktif. Sebagaimana kita ketahui sel darah putih (leukocyte) adalah 1 dari 3 jenis darah dalam cairan darah manusia yang memungkinkan melawan penyakit dan memperbaiki tubuh. Kualitas dan kuantitas sel darah putih merupakan penanda kekuatan sistem kekebalan atau peningkatan imunitas.
Pelarangan Mudik 2021 Akankah Sama Dengan 2020?
Djoko Setijowarno, pengamat Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang mengingatkan Pemerintah agar tak mengulang seperti tahun 2020 yakni ada pelarangan mudik tetapi aktivitasnya tetap ada.
Biasanya sebelum era Pandemi Covid-19, pergerakan manusia untuk mudik lebaran mencapai 81 juta orang. Sedangkan saat Pandemi Covid-19 ditengarai masih terjadi sekitar 27 juta orang melakukan mudik. Tentu utamanya terjadi sebelum tanggal 6 Mei 2021, saat mana disebut sebagai batas pemberlakuan pelarangan.
Ini yang ditengarai Djoko sebagai ada pelarangan tetapi ada aktivitas. Dugaan ini semakin kuat karena Kementerian Perhubungan hanya melakukan pengetatan terhadap pemudik, tapi menjamin ketersediaan layanan transportasi dan kelaikan moda darat, laut dan udara.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengingatkan bahwa setiap kali liburan, selalu diikuti dengan peningkatan kasus terkonfirmasi Covid-19 sampai 50%. Menkes Budi bahkan mengingatkan bahwa dampak masa libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 sampai saat ini masih mendorong naik jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19.
Pertanyaan “ketakutan” yang wajar diajukan adalah “apakah tren naik selepas Natal 2020 dan Tahun Baru 2021” akan didorong semakin naik oleh libur perayaan Idul fitri yang berlangsung lebih lama?.
Salahkah Kita Merasa Takut?
Setahun yang lalu menjelang tiba Idul Fitri di akhir Mei 2020, jumlah kasus
terkonfirmasi positif Virus Covid-19 di Indonesia adalah : 22.271 orang dan kematian 1.372 org. Bandingkan dengan keadaan jelang Idul Fitri 2021, kasus terkonfirmasi sebanyak 1.728.204 orang dan kematian 47.617 orang. Perhatikan pertambahan yang sangat tinggi.
Masalah lainnya, menurut WHO penyebaran virus Covid-19 telah terjadi transmisi antar orang dan masyarakat (community spreads) dan melalui moda transportasi (transport spreads), disamping terjadi melalui media udara tidak hanya melalui droplets/percik ludah orang terinfeksi yang batuk/bersin.
Diketahui pula bahwa lebih 60% mereka yang terinfeksi Covid-19 berada disekitar kita dengan tanpa gejala sakit yang dikenal sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG).
Perlu diperhatikan gambar sketsa yang dibuat blogger honest-physio sangat jelas pesannya “The Virus Doesn’t MOVE. PEOPLE Move It. We STOP Moving, The VIRUS Stop, It Dies”. Sangat sederhana dan mudah dipahami.
Masalahnya sebahagian kita tidak punya rasa takut, tertular dan bahkan kemungkinan menularkan ke orang lain.
Melihat pertambahan kasus yang sangat progresif dan orang yang terpapar umumnya tidak bergejala, maka adalah wajar ada ketakutan. Al-Quran menempatkan sifat takut adalah perangai indah. Banyak ayat Al-Quran mengajak manusia menanam rasa takut di hatinya.
Rasa takut itu begitu ditekankan sebagai syarat keimanan seseorang.
Semakin kuat keimanan seseorang berkorelasi dengan rasa takut dan kepatuhan kepada Sang Pencipta.
Umat Islam takut jika tertinggal puasanya ataupun batal puasanya, karena dia tak ingin kehilangan kesempatan menjadi orang yang bertaqwa. Ketakutan memicu dan memacu intelektualitas manusia agar menjadi makhluk yang sempurna karena diberi akal, naluri, insting dan daya untuk mampu mempertimbangkan kebaikan dan keburukan.
Dengan sifat hanief (cenderung kepada kebenaran) maka sesungguhnya manusia tidaklah akan melakukan kesalahan kecuali karena kebodohan atau kebandelan (ingkar).
Menghadapi ancaman ledakan covid-19 yang selalu berkorelasi jika ada kerumunan manusia maka adalah logis jika Pemerintah (umaro) dan para Ulama gencar terus-menerus mengingatkan ketakutan bersama yang rasional akan karena merupakan kebenaran yang terbukti dari data dan angka yang diperlihatkan berbagai sumber di dunia. Tidak berbeda apakah itu negara kaya atau negara miskin, negara maju atau negara tertinggal, negara modern atau tradisional, negara peduli atau tidak peduli semuanya tergantung kepada sikap pandang masyarakatnya.
Pada negara-negara dimana masyarakatnya memiliki tingkat kepatuhan yang baik maka dipastikan ditempat itu segala sesuatunya berjalan baik. Ditempat itu hukumnya tegak karena ada solidaritas sosial yang merasa bahwa hukum diciptakan untuk ketertiban bersama. Tidak heran jika kita melihat sejumlah negara yang punya karakter kedisiplinan yang tinggi serta kepatuhan yang tinggi terhadap arahan dari pemerintah dan tokoh-tokoh
masyarakatnya seperti Taiwan, New Zealand, negara-negara Skandinaia, beberapa negara di Afrika serta sejumlah negara di Asia seperti Mongolia, Brunei, Laos juga Vietnam semuanya menunjukkan sebuah keberhasilan yang luar biasa dengan angka kasus dan kematian akibat Virus Covid-19 yang sangat rendah dan sudah terkendali.
Takut Itu Keimanan, Merasa Aman dan Lalai adalah Kebodohan
Rasa takut membawa manusia untuk menjaga dirinya. Inilah rasa takut yang terpuji dalam pandangan Al-Qur’an. Lawannya adalah merasa aman. Karena kebodohan nya seseorang merasa aman dari siksa Allah dan merasa tidak ada yang melihat perbuatannya.
Dan masih banyak ayat yang melarang manusia untuk merasa selalu aman!
Setiap perbuatan itu memiliki efek dan kelak setiap perbuatan itu pasti ada balasannya.
Di sisi lain, Al-Qur’an memberikan kemuliaan khusus kepada mereka yang selalu merasa takut kepada Allah.
Idul Fitri dan Kenaikan Isa Al Masih
Tahun ini ditanggal yang sama terjadi kebersamaan Masyarakat Dunia, termasuk Indonesia. Umat Islam merayakan hari kemenangan memperoleh ketaqwaan (Insya Allah) setelah sebulan penuh dibulan Ramadhan melaksanakan kewajiban berpuasa, Sementara Umat Kristiani merayakan kebangkitan Isa atau Yesus Kristus.
Tidak ada yang kebetulan, semua kehendak Sang Pencipta, Allah SWT, agar manusia ingat untuk bersyukur dan menjaga tugas insaniyahnya menjadi Rahmat bagi alam sekitarnya, menebar kebaikan bukan kemudharatan.
Semoga moment kembalinya kita kepada kefithrian (suci) dengan tingkat kesadaran ilahiyah dan keimanan akan membuat kita sama-sama menjaga negeri ini tidak jatuh tersungkur seperti beberapa Negara lain yang mengalami Gelombang kedua dan gelombang ketiga karena adanya kelalaian dan mengabaikan ketakutan
Selamat merayakan HARI RAYA IDUL FITRI 1442 H/ 2021 M, tetap disiplin menegakkan protokol kesehatan.
Taqabbalallahu Minna wa minkum taqobbal ya karim.. Mohon maaf lahir dan batin.
Jakarta, 12 Mei 2021
*) Dr.Abidinsyah Siregar,DHSM,MBA,M Kes :
Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Deputi BKKBN 2014-2017/ Komisioner KPHI 2013-2019/ Sekretaris KKI 2006- 2008/ Kepala Pusat Promkes Depkes RI 2008-2010/ Ses.Itjen Depkes 2010-2011/ Direktur Bina Yankes Tradkom Kemenkes 2011-2013/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Mantan Ketua MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP IPHI/ Ketua PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat BRINUS/ Penasehat Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ Ketua PP KMA-PBS/ Penasehat PP PDHMI/ WaKorbid.Orbida dan Taplai DPP IKAL-Lemhannas/ Pengasuh media sosial GOLansia.com dan Kanal-kesehatan.com